Kamis, 01 Desember 2011

PISANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pisang merupakan buah yang dikenal paling awal sebagai bahan makanan yang dapat dikonsumsi segar maupun diolah lebih lanjut, mengenyangkan dan dapat dinikmati oleh bayi sampai manula. Pisang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan tradisional Indonesia.
Potensi buah pisang sebagai sumber pangan dengan mengambil sudut peninjauan dari aspek penanganan pascapanen dan teknik pengolahan yang bisa dilakukan masyarakat dalam upaya menganekaragamkan sumber pangan atau sebagai usaha bisnis rumah tangga melalui pengolahan. Dengan memandang buah pisang sebagai sumber pangan, maka penanganan di sentra produksi pisang tidak hanya sekedar tebang dan jual, tetapi berkembang menjadi sentra industri yang mengolah buah pisang menjadi tepung pisang sebagai bahan baku industri dan aneka produk olahan pisang lainnya.         
Peluang pengembangan agribisnis komoditas pisang masih terbuka luas. Untuk keberhasilan usahatani pisang selain penerapan teknologi, penggunaan varietas unggul dan perbaikan varietas harus dilaksanakan. Varietas unggul yang dimaksud adalah varietas yang toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit penting pisang, mampu berproduksi tinggi serta mempunyai kualitas buah yang bagus dan disukai masyarakat luas.
Di Indonesia, pisang menduduki tempat pertama diantara jenis buah-buahan lainnya baik dari segi sebaran, luas pertanamannya maupun dari segi produksinya. Total produksi pisang Indonesia tahun 2006 sekitar 5.037.472 ton dan Lampung menyumbang 535.732 ton, atau 10,6% dari produksi pisang nasional.  Masyarakat dapat menerapkan cara penanganan buah dengan baik dan menggunakannya sebagai bahan baku produk olahan, sekaligus sebagai buah meja untuk memenuhi vitamin dan mineral.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis Pisang

1. Pisang Ambon Kuning
Pisang Ambon Kuning cocok untuk hidangan buah segar, memiliki ukuran buah lebih besar daripada pisang ambon lainnya dengan kulit buah tidak terlalu tebal dengan warna kuning muda.  Daging buah yang sudah matang berwarna putih kemerahan.  Rasa daging buah pulen, manis, dan aromanya harum.  Dalam satu  tandan terdapat 6-9 sisir (satu sisir berisi 15-20 buah) dengan berat per tandan 18-20 kg.
2. Pisang Ambon Lumut
Pisang Ambon Lumut cocok untuk hidangan buah segar.  Kulit buah berwarna hijau walaupun sudah matang dan lebih tebal daripada kulit buah pisang ambon kuning.  Daging buah hampir sama dengan pisang ambon kuning hanya sedikit lebih putih.  Daging buah agak keras, aroma lebih harum dan rasanya lebih manis.  Dalam satu tandan terdapat 7-12 sisir dengan berat 15 – 18 kg.
3. Pisang Ambon Putih
Pisang Ambon Putih cocok untuk hidangan buah segar.  Ukuran buah lebih besar daripada pisang ambon lumut. Kulit buah yang sudah matang berwarna kuning keputih-putihan.  Daging buah berwarna putih kekuningan dengan rasa agak asam, dan beraroma harum.  Dalam satu tandan terdapat 10-14 sisir dengan berat 15-25 kg.
4. Pisang Barangan
Pisang Barangan cocok untuk hidangan buah segar.  Pisang Barangan terdiri dari 2 jenis, yaitu pisang barang yang berwarna kemerah-merahan dan yang berwarna kuning.  Pisang Barangan yang berwarna kemerah-merahan memiliki daging buah yang lebih besar dan rasa yang lebih enak dan aroma yang lebih harum daripada yang berwarna kuning.  Dalam satu tandan terdapat 5-12 sisir degang berat 9-20 kg.
5. Pisang Raja 
Pisang Raja cocok untuk hidangan buah segar maupun olahan.  Kulit buah tebal dan berwarna kuning berbintik hitam pada buah yang telah masak.  Ukuran buah cukup besar dengan diameter 3,2 cm dan panjang 12-18 cm.  Daging buah yang telah matang
berwarna kuning kemerahan bila dimakan terasa legit dan manis dengan aroma harum.  Dalam satu tandan  terdapat 6-9 sisir (setiap sisir berisi 14-16 buah) dengan berat per tandan 12-16 kg.  Bunga muncul 14 bulan sejak anakan dan buah akan masak 5,5 bulan kemudian.
6. Pisang Kepok
Pisang Kepok cocok untuk makanan olahan.  Jenis pisang kepok yang lebih dikenal adalah pisang kepok putih dan pisang kepok kuning dengan warna daging buah sama seperti namanya.  Daging buah bertekstur agak keras dengan aroma yag kurang harum. Kulit buah sangat tebal dan berwarna hijau kekuningan pada buah yang telah masak. Pisang kepok kuning rasanya lebih enak daripada pisang kepok putih.  Dalam satu tandan dapat mencapai 10-16 sisir (satu sisir berisi 20 buah pisang) dengan berat per tandan 14-22 kg.
7. Pisang Tanduk
Pisang Tanduk cocok untuk makanan olahan. Buahnya berukuran besar dengan panjang lebih dari 20 cm.  Kulit buah tebal dan berwarna kuning kemerahan berbintik hitam.  Daging buah yang sudah matang berwarna putih kemerahan.  Dalam satu tandan terdapat hanya sekitar 1-3 sisir (satu sisir terdiri dari 10-15 buah) dengan berat per tandan 7-10 kg.
8. Pisang Badak
Kulit buah agak tebal, berwarna kuning berbintik hitam.  Daging buah berwarna puith kekuningan.  Rasa buah manis agak asam dengan aroma kurang harum.  Dalam satu tandan terdapat 7-9 sisir dengan berat per tandan mencapai 14 – 18 kg.
9. Pisang Nangka
Pisang Nangka cocok untuk makanan olahan.  Buah berukuran agak panjang, sekitar 15 cm.  Kulit buah agak tebal dan berwarna hijau walaupun sudah matang (buah yang sangat masak berwarna hijau kekuningan).  Daging buah berwarna kuning kemerahan dengan rasa manis agak asam dan beraroma harum.  Dalam satu tandan terdapat 7-8 sisir dengan berat tandan 11-14 kg.
10. Pisang Mas
Pisang Mas cocok untuk hidangan buah segar.  Buah berukuran kecil-kecil dengan diameter 3-4 cm.  Kulit buah tipis dengan warna kuning cerah pada buah yang masak.  Daging buah lunak, rasanya sangat manis dan aromanya harum.  Dalam satu tandan terdapat 5-9 sisir (satu sisir dapat mencapai 18 buah) dengan berat per tandan 8-12 kg.
11. Pisang Susu
Pisang Susu cocok untuk hidangan buah segar.  Ukuran buah kecil hampir sama dengan pisang mas.  Kulit buah tipis, berwarna kuning berbintik hitam.  Daging buah putih kekuningan.  Rasa buah manis, lunak dan berarom harum.  Dalam satu tandan terdapat sekitar 8 sisir (satu sisir berisi 12-16 buah) dengan bertat per tandan 12-16 kg.
12. Pisang Cavendish
Pisang Cavendish cocok untuk hidangan buah segar.  Dari 36 subkultivar pisang cavendish hanya beberapa subkultivar yang telah diusahakan sebagai tanaman perkebunan, yaitu:
a. Grain Naine, berasal dari Perancis.  Bentuk buah silindris dari atas ke bawah membentuk kerucut.  Setiap tandap terdiri dari 12 sisir (satu sisir terdiri dari 24-36 buah)  dengan bobot 45-65 kg.  Jarak antar sisir cukup longgar sehingga jumlah buah yang salah bentuk tidak banyak.
b. Petit Naine, berasal dari Perancis.  Buah berukuran kecil dan cukup ringan.  Rasanya kurang manis.  Jarak antar sisir cukup dekat sehingga banyak buah yang salah bentuk.
c. Omalag, berasal dari Filipina.  Buah di tandan bagian atas berukuran relatif besar selanjutnya makin ke bawah makin mengecil.  Jarak antar sisir berdekatan.
d. William, berasal dari Australia.  Dibedakan menjadi dua, yaitu william tall dan william small.  Ukuran buah relatif seragam dengan kulit buah tipis berwarna kuning kehijauan ketika matang.  Jarak antar sisir cukup jauh.  Bobot buah per tandan 35-50 kg.
e. Valery, berasal dari Amerika Tengah.  Bentuk buah cukup bagus karena jarak antar sisir relatif jauh.  Setiap tandan terdiri dari 14-20 sisir dengan bobot per tandan 35-50 kg.

B. Panen dan Pasca panen
a. Penentuan Buah untuk Dipanen
Beberapa tanda atau ciri sering digunakan sebagai kriteria untuk memutuskan buah pisang dapat dipanen. Petani seringkali menentukan berdasarkan pengalaman dengan ciri-ciri fisik pada buah, meliputi bentuk buah, ukuran, dan warna kulit buahnya. Untuk memastikan ketuaan panen yang tepat juga perlu didukung analisis komponen penting sebagai penentu seperti kadarpadatan terlarut total, kadar pati, dan kadar asamnya. Namun, analisis kimiawi harus mengambil buah dan menghancurkannya, oleh kerena itu analisis dilakukan sebagai pengendali mutu buah dan diambil pada beberapa contoh saja. Cara lainnya adalah melalui umur buah yang umumnya pada buah pisang 15 ditentukan sejak bunga mekar. Cara ini dikenal dengan cara fisiologis, yangmudah dilakukan.
Pada perkebunan besar, petugas pemanen selalu memberitanda pada bunga pisang yang mekar dengan warna-warna yang berbeda, dan berdasarkan varietas pisangnya yang telah diketahui sebelumnya berapa umur panen yang tepat, maka pada umur tertentu tersebut dapat dilakukan panen.Tingkat ketuaan buah merupakan faktor penting pada mutu buah pisang. Buah yang dipanen kurang tua, meskipun dapat matang, namun kualitasnya kurang baik karena rasa dan aromanya tidak berkembang baik. Sebaliknya bila buah dipanen terlalu tua, rasa manis dan aroma buah kuat, tetapi memiliki masa segar yang pendek. Oleh karena itu tingkat ketuan panen sangat erat kaitannya dengan jangkauan pemasaran dan tujuan penggunaan buah.
Pisang Ambon Jepang berkualitas terbaik jika dipetik pada umur 120 hari sesudah bunga mekar. Pada umur petik tersebut, pisang menjadi matang sempurna, rasa manis yang ditunjukkan dengan kandungan kimiawi terdiri atas gula total (26,12%), asam (0,32%), karbohidrat (13,19%), dan kandungan air (73,39%), meskipun berdasarkan uji organoleptik sebenarnya pisang sudah  dapat dipanen pada umur 100 hari setelah bunga mekar (Murtiningsih dan Pekerti, 1988). Untuk jenis pisang Raja Sere dapat dipanen pada umur 105 hari setelah bunga mekar dan memiliki kandungan karbohidrat 29,68% (buah mentah), dan 19,07% (buah matang), serta kadar gula total 19,28%, dan asam 0,25% (Murtiningsih dan Pekerti, 1988).
Komposisi tersebut menggambarkan bahwa rasa buah pisang Raja Sere sangat manis. Lebih lanjut, Murtiningsih dan Pekerti (1988) menyatakan bahwa pisang Tanduk dapat dipanen pada umur 105 hari setelah bunga mekar, dengan kadar karbohidrat 32,9% (buah mentah) dan gula total 30,5% (buah matang). Pisang Barangan dapat dipanen pada umur 90 hari setelah bunga mekar (Warda et al., 1993) dan telah memiliki kadar karbohidrat 24,68% (buah mentah) dan 18,30% (buah matang).
b. Cara Panen
Setelah buah yang akan dipanen ditentukan tingkat ketuaannya dan sudah memenuhi syarat, maka batang pohon dipotong pada posisi ketinggian sekitar 1 meter, kemudian dipotong setengah diameter batangnya dan pohon direbahkan. Tandan pisang dipotong setelah pohon rebah, dan dijaga agar buah pisang tidak terkena getah. Untuk menjaga agar tandan buah pisang tidak kontak dengan tanah, maka di perkebunan besar biasanya panen ditangani oleh dua orang, satu orang memotong tandan dan orang lainnya langsung menerima dan memanggulnya untuk menggantungkan tandan tersebut pada kabel-kabel yang telah diinstalasi di perkebunan, terhubung ke bangsal pengemasan. Melalui kabel tersebut buah pisang sampai ke bangsal pengemasan untuk penangananselanjutnya.
Petani melakukan panen pisang dengan memotong tandan dan kemudian diletakkan di tempat pengumpulan. Disarankan untuk meletakkan tandan pisang pada tempat yang teduh, tidak terkena sengatan matahari, dan buah pisang tidak menyentuh tanah. Secara sederhana dapat digunakan alas daun pisang kering. Tandan harus diposisikan sedemikian rupa, sehingga buah pisang tidak terkena getah yang keluar dari bekas tandan yang dipotong. Setelah terkumpul beberapa tandan, biasanya petani membawa dengan menggunakan pikulan ke rumah atau langsung menjualnya kepada pedagang pengumpul.
c. Pengumpulan dan Pengangkutan
Penanganan buah pisang oleh petani maupun pedagang pengumpul masih sederhana. Untuk mempertahankan mutu buah pisang setelah panen, maka penanganan yang baik harus dilakukan sejak panen. Buah setelah panen dikumpulkan di tempat yang teduh, terlindung dari panas. Umumnya para pedagang pengumpul memiliki ruangan di depan atau di samping rumahnya untuk menampung buah pisang. Tandan buah pisang diletakkan berjajar, tidak bertumpuk, dan harus dihindari penetesan getah dari tangkai yang menodai buah pisang, karena penampilan buah menjadi kotor.
Buah pisang di Indonesia diperdagangkan dalam bentuk tandan, sisir atau satu gandeng terdiri dua buah. Umumnya, buah pisang dari sentra produksi diangkut masih dalam bentuk tandan dan keadaannya masih mentah. Pengangkutan dilakukan menggunakan truk atau mobil dengan bak pengangkut (pick up) dengan menumpuk tandan pisang hingga bak tersebut penuh, kemudian menutupnya dengan terpal atau kain penutup lainnya atau tanpa penutup sama sekali. Kondisi ini dapat mengakibatkan tingkat kerusakan yang tinggi. Pisang yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi mendapat perlakuan yang lebih baik, dengan membungkus tandan pisang menggunakan daun pisang kering yang dililitkan dari sisir terbawah ke sisir paling atas sehingga menutup sempurna seluruh bagian. Cara tersebut umumnya diterapkan untuk buah pisang dalam tandan yang sudah matang atau mengalami pemeraman terlebihdahulu.
Di perkebunan besar, tandan buah pisang dari kebun diangkut menggunakan kabel atau fasilitas lainnya menuju bangsal pengemasan. Bangsal pengemasan merupakan bangunan yang dilengkapi dengan fasilitas berupa perlengkapan pemotongan sisir, bak pencucian, meja-meja sortasi, penimbangan, perlakuan pengendalian hama dan penyakit pascapanen, dan fasilitas pengemasan.
Untuk buah pisang yang mengalami pembrongsongan, tandan diangkut bersama dengan plastik pembungkusnya, yang kemudian dilepaskan. Ternyata pembrongsongan dengan kantong plastik warna biru bermanfaat mengurangi scab akibat serangan serangga dan memberikan penampilan buah yang baik dan mulus serta tidak memengaruhi rasa buah pisang (Muhajir dan Sanuki,1998).
d. Pemotongan sisir dan pencucian
Untuk menjaga kualitas buah pisang, cara terbaik dalam pengiriman buah adalah dalam bentuk sisir yang dikemas dalam peti karton atau peti plastik yang bisa digunakan ulang. Pekerjaan pemotongan sisir dilakukan oleh pekerja di bangsal pengemasan menggunakan pisau khusus (dehander). Biasanya pada saat dipotong, tiap sisir akan mengeluarkan getah. Untuk membekukan getah dan sekaligus membersihkan debu dan kotoran yang melekat pada permukaan buah, sisir-sisir pisang segera dimasukkan dalam bak berisi air. Jika satu sisir pisang berukuran besar dan berisi banyak, maka perlu dipotong lagi atau dalam bentuk klaster, agar lebih mudah penanganannya saat pengemasan.
Air dalam bak harus sering diganti. Jika tidak, dapat merupakan sumber inokulum yang kemudian menginfeksi bagian crown dan menyebabkan busuk yang dikenal dengan crown rot yang dapat menjalar ke buah pisang. Untuk mencegahnya, dalam air pencucian dapat ditambahkan chlorin, berupa natrium hipochlorit 75-125 ppm untuk membunuh spora Fusarium, Cholletotrichum, dan Botryodiplodia serta fungi lain yang sering menyerang crown pisang. Buah kemudian ditiriskan. Perlakuan pengendalian penyakit pascapanen menggunakan fungisida dapat dilakukan setelah pencucian, baik melaluiperendaman atau penyemprotan.
e. Penyakit pasca panen yang menyerang buah pisang
Kualitas buah pisang di Indonesia kadang kurang baik, yang disebabkan oleh panen tidak tepat waktu (ketuaan tidak memenuhi syarat), kurangnya perawatan tanaman dan buruknya penanganan di kebun dan selama pengangkutan yang mengakibatkan kerusakan mekanis dan memberi peluang infeksi mikroorganisme penyebab busuk pascapanen lebih besar. Selain mikroorganisme yang masuk ke dalam buah melalui luka, serangan busuk buah juga sudah dimulai penetrasinya sejak buah masih di pohon.
f. Cara mengatasi serangan penyakit pascapanen
Untuk mengendalikan busuk yang disebabkan serangan penyakit pascapanen dapat digunakan salah satu dari beberapa fungisida atau tanpa bahan kimia yaitu menggunakan pencelupan dengan air panas. Jika tidak ingin menggunakan fungisida, maka perlakuan dengan air panas sudah dapat membantu mengurangi dan menunda serangan busuk pada buah pisang.
g. Pengemasan
Pengemasan buah pisang ditujukan untuk melindungi buah dari kerusakan mekanis dan memudahkan penanganan selama pengangkutan untuk distribusikan pemasaran. Untuk itu, beberapa persyaratan yaitu: kemasan harus mampu melindungi isi terhadap kerusakan selama distribusi dan mampu mempertahankan bentuk dan kekuatan kemasan meski terkena kelembaban dan ditumpuk selama waktu penggunaannya. Kemasan yang baik juga mampu mengeluarkan panas dan uap air yang dihasilkan oleh buah pisang yang tetap melakukan respirasi. Untuk kemasan buah pisang, terdapat bermacam-macam bentuk, ukuran, dan bahan kemasan. Paling sederhana dan masih banyak digunakan adalah keranjang terbuat dari anyaman bambu, kotak dari kayu, dan kotak dari karton. Untuk kemasan karton biasanya digunakan oleh perusahaan atau swasta yang memiliki perkebunan buah pisang.
Apapun kemasan yang digunakan, terdapat beberapa hal penting yang harus mendapat perhatian, pertama, kemasan harus mampu memberikan perlindungan pada buah pisang dari kerusakan seperti luka, tertusuk, dan memar. Memar pada buah pisang yang sering terjadi selama penanganan dan distribusi dapat merupakan kerusakan yang merugikan. Memar mengakibatkan rusak pada kulit dan daging buah yang sangat nampak ketika buah telah matang. Berikut beberapa penyebab memar:
1. Memar karena benturan.
Terjadi karena terbentur akibat dijatuhkan pada permukaan yang lebih keras, misalnya buah pisang yang dilemparkan saat pemuatan dalam kemasan, atau buah pisang yang telah berada dalam kemasan jatuh atau dilemparkan saat memuat dalam angkutan. Untuk mengurangi kerusakan tersebut, dapat digunakan lapisan atau bantalan pada dasar kemasan dan penanganan yang lebih hati-hati.
2. Memar akibat tekanan.
Buah pisang dalam kemasan dapat mengalami kerusakan jika kemasan tidak kuat menahan tumpukan dari kemasan di atasnya. Memar akibat tekanan juga dapat terjadi akibat tumpukan antar buah pisang dalam kemasan. Buah pada bagian bawah tertekan pisang yang berada di atasnya jika tanpa disusun dengan baik dan diberi lapisan penyekat.
3. Memar akibat gesekan.
Kerusakan ini dapat dihindari bila penyusunan buah pisang dalam kemasan rapat dan tidak memungkinkan buah bergerak. Contoh kerusakan buah pisang yang terlihat setelah buah matang adalah: ujung buah menekan dan melukai buah lainnya, buah pecah, dan buah memar karena tekanan. Kemasan yang digunakan cukup memiliki ventilasi atau lubang-lubang untuk membuang panas yang dihasilkan oleh buah pisang. Panas tidak boleh terakumulasi di sekeliling buah yang dapat menstimulasi respirasi yang lebih cepat. Umumnya, kemasan dengan ventilasi sekitar 5% sudah mencukupi.
Kemasan harus mampu menekan kehilangan air yang berarti juga susut bobot dan penampilan buah seperti layu atau kurang segar. Untuk mengatasi susut bobot tersebut, dapat digunakan lembaran plastik polietilen tipis yang diberi lubang atau perforasi untuk membungkus seluruh buah pisang sebelum dimuat dalam kotak karton berkorugasi.
h. Pemeraman
Buah pisang sampai tempat tujuan pengiriman diharapkan masih dalam keadaan hijau. Pemeraman dikerjakan oleh pedagang di pasar-pasar tujuan. Hal ini terjadi untuk pisang Ambon dari Lampung yang dilakukan pemeraman di daerah Ciawi dan sekitarnya. Pemeraman pada lingkungan suhu sejuk dapat menghasilkan pisang matang dengan penampilan kulit buah kuning, namun daging buah masih keras.
Buah pisang yang telah matang sangat mudah dikenali melalui perubahan warna kulitnya, oleh karena itu indeks warna kulit menjadi penting, dan digunakan sebagai penanda tingkat kematangan buah pisang. Pisang merupakan jenis buah-buahan yang tergolong sebagai buah klimakterik, sehingga setelah dipanen masih melangsungkan proses fisiologi dengan menghasilkan etilen dan karbon dioksida dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pematangan buah (Wills et al.,1999).
Diketahui bahwa hormon yang berpengaruh terhadap proses pematangan adalah etilen. Beberapa daun tanaman menghasilkan etilen sehingga sering digunakan sebagai pemacu pematangan. Teknik pematangan buah pisang diantaranya:
1.Pemeraman dengan daun tanaman
Petani memiliki cara pemeraman buah dengan menutup buah dengan daun dari beberapa jenis tumbuhan. Beberapa daun yang memiliki kemampuan merangsang pematangan buah adalah daun gamal atau Gliricidia sapium dan Albizzia fulcata (Murtiningsih, et al., 1993). Daun Gliricidia biasa digunakan oleh petani di pedesaan Filipina untuk mempercepat pematangan buah pisang. Petani di Sukabumi banyak menggunakan daun Albizzia. Jika akan menggunakan daun tersebut, perlu dipetik satu hari sebelumnya, karena pada saat tersebut produksi etilen tertinggi dengan periode waktu yang lama (24-48 jam), masing masing 0,73-0,89 ppm pada daun Albizzia dan 0,20-0,24 ppm pada Gliricidia (Murtiningsih, et al., 1993).
2.Pemeraman dengan ethrel
Ethrel atau ethepon adalah suatu larutan yang mengandung bahan aktif  2 chloro ethyl phosponic acid yang dapat menghasilkan etilen secara langsung pada jaringan tanaman. Dengan timbulnya etilen maka kematangan buah dapat dipercepat. Penggunaan ethrel (500, 1000, dan 1500) ppm, mempercepat buah pisang menjadi matang pada hari ke-4, sedangkan kontrol menjadi matang pada hari ke-10. Semakin tinggi konsentrasi ethrel yang digunakan perubahan warna dan pelunakan buah semakin cepat, dan pemacuan tersebut mempercepat penurunan kadar pati diiringi dengan peningkatan kadar gula dan kadar asamnya.
3. Pemeraman dengan kalsium karbida
Para pedagang pengumpul sering menggunakan batu karbit atau kalsium karbida untuk mempercepat pematangan buah pisang, karena mudah diperoleh, murah dan praktis. Caranya, batu karbit sebanyak 0,05% dari berat buah pisang, dibungkus dengan kertas koran dan dipercikkan air. Karbit kemudian diletakkan pada bagian bawah kemasan, kemudian diletakkan buah pisang dan ditutup rapat. Kondisi demikian dibiarkan selama 36 jam dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang baik. Setelah waktu stimulasi tercapai, buah dikeluarkan dan diatur pada rak-rak untuk memberi kesempatan matang sempurna.
4.Pemeraman dengan gas etilen atau asetilen
Pemeraman pisang dapat pula dilakukan menggunakan gas etilen atau asetilen. Asetilen adalah gas yang sering digunakan untuk keperluan mengelas. Penggunaan gas dalam pemeraman lebih baik dibanding dengan karbit. Penggunaan gas lebih efektif bila buah yang diperam mengandung enzim oksidase, karena gas berfungsi sebagai koenzim. Disamping itu, gas berfungsi untuk mengubah warna kulit buah dari hijau menjadi kuning dan mempercepat kematangan buah.
Buah pisang dalam bentuk tandan atau sisir diatur di rak yang diberi tutup plastik atau dalam ruang tertutup sehingga udara tidak dapat keluar. Pemeraman menggunakan cara pengemposan terlihat memberikan kualitas hasil buah matang lebih baik dan tidak cepat rontok. Cara ini hingga kini masih diterapkan oleh para pengumpul buah pisang di daerah Pandeglang Banten.
i. Teknik memperpanjang masa simpan buah
Memperpanjang daya simpan buah pisang berarti mempertahankan buah pisang tetap segar, sehat, dan berwarna hijau dan bertujuan untuk pengaturan distribusi atau pemasaran. Hal ini berkaitan dengan upaya antara lain :
1.      Menekan aktivitas biologis dengan mempertahankan temperatur rendah yang sesuai (tidak menyebabkan chilling injury) dan mengendalikan komposisi udara lingkungan.
2.      Menekan pertumbuhan mikroorganisme perusak dengan mempertahankan temperatur rendah.
3.      Menekan penguapan air dari buah dengan mengurangi perbedaan suhu buah dengan suhu lingkungan dan mempertahankan kelembaban tinggi pada ruangan penyimpanan (Thompson, 1985).
1. Pengunan temperatur dingin
Berkenaan dengan pengaturan temperatur dingin untuk penyimpanan. Peningkatan laju respirasi tersebut merupakan tanda proses pematangan telah berlangsung dan jika dikaitkan dengan warna, tekstur, kadar asam, dan kadar padatan terlarut total juga sudah mengalami perubahan dan menunjukkan buah pisang mulai matang. Buah pisang dalam percobaan tersebut memiliki masa hijau pendek karena panen pada stadia ’tua penuh’. Untuk tujuan penyimpanan lebih lama, buah dapat dipanen lebih awal, pada 75% tua, sehingga memiliki masa hijau yang lebih lama. Buah pisang memiliki batas toleransi tertentu terhadap temperature rendah.
2. Penggunaan cara modifikasi atmosfir (MA )
Penyimpanan menggunakan cara modifikasi atmosfir adalah dengan penggunaan komposisi udara CO2,O2 yang berbeda dengan komposisi udara normal (O2: 20,95%; CO2: 0,03% dan N2: 70,08%). Perbedaannya dengan controlled atmosphere (CA) adalah pengaturan komposisi gas untuk MA tidak secara tepat dikendalikan, tetapi diperoleh melalui efek kombinasi dari respirasi buah dan penggunaan kantong plastik semi permiabel yang tertutup (Abdullah, et al.,1990), yaitu low density polyethylene (LDPE) dengan ketebalan tertentu.
Penyimpanan buah-buahan dalam kantong plastik polietilen (PE) banyak dilakukan, karena jenis plastik ini fleksibel, harganya murah dan masih memungkinkan adanya pertukaran gas dari luar ke dalam kemasan atau sebaliknya. Dalam penyimpanan buah-buahan, penggunaan polietilen ditujukan untuk menciptakan kondisi atmosfir termodifikasi, yaitu suatu kondisi penyimpanan dengan komposisi udara yang berbeda dengan udara lingkungan normal.
Kondisi yang diinginkan adalah peningkatan konsentrasi karbon dioksida dan penurunan oksigen sampai batas tertentu. Diharapkan kadar CO2 yang lebih tinggi dalam kemasan akan menekan respirasi buah dan menghambat pematangannya. Pemilihan ketebalan kantong PE harus tepat, untuk menghindari akumulasi gas-gas yang justru menyebabkan terjadi kelainan fisiologis pada buah pisang. Buah pisang Barangan yang dibungkus dengan kantong PE dan disimpan pada ruangan dengan pendingin bersuhu 15,5oC dapat mempertahankan masa simpan hingga 25 hari dengan sebagian besar buah pisang berwarna kuning hijau atau indeks warna 4,12 (Napitupuludan Sjaifullah, 1990).

BAB III
KESIMPULAN
Pisang merupakan buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang dan dapat dikonsumsi oleh bayi sampai manula. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan tradisional Indonesia.
Pemanenan buah pisang dapat dilaksanakan dengan menghitung jumlah hari dari mulai bunga mekar sampai siap panen atau dengan bentuk buah. Buah pisang yang siap panen yaitu buah sudah masak dipohonnya dan menujukan bentuk buah pisang sudah berisi bulat. Penaganan pasca panen yang baik dan benar akan menghasilkan kualitas dan kuantitas yang baik terhadap buah pisang.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang (2005-2010). Departemen Pertanian. 36 hal.
Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang agar Berkualitas Baik.
Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 2008, Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah pisang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar